Artikel
PENELUSURAN JEJAK MAKANAN KHAS SEMARANG SEBAGAI ASET INVENTARISASI DAN PROMOSI WISATA KULINER JAWA TENGAH
Novia Rochmawati*, Nailah, dan Imam Oktariadi
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang
*) Email: novi4kuchiki@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelusuran jejak makanan khas Semarang sebagai aset inventarisasi dan promosi wisata kuliner Jawa Tengah. Dalam penelitian ini, fokus pembahasan terletak pada bagaimana sejarah asal muasal Kuliner tersebut muncul dan berkembang dalam kehidupan warga Semarang, sehingga mendapat label “Khas” Semarang. Serta dikaji pula bagaimana Perkembangan Kuliner tersebut pada zaman ini dan bagaimana pula peran serta pelajar dalam menjaga eksistensi Kuliner Khas Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu dengan metode wawancara dengan masyarakat yang hidup di tahun yang diteliti, pemilik restoran atau keturunan dari pedagang makanan khas Semarang.Nara sumber atau pakar yang berkompeten diantaranya sejarawan, pengamat
kuliner, budayawan yang bisa mendukung dalam proses pelaksanaan penelitian . Pendukung data lainnya dilakukan melalui metode penelusuran arsip dan dokumen – dokumen yang mendukung dalam analisa data, serta studi pustaka dari buku-buku yang terkait. Melalui penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa Kuliner
Semarang mendapatkan pengaruh akulturasi dari Kebudayaan Eropa, Cina, Arab dan beberapa Negara lain. Beberapa Kuliner khas Semarang ini sekarang sudah jarang ditemui dan beberapa di antaranya adapula yang makin tersohor seperti Bandeng dan Wngko Babad. Dan dalam penelitian ini juga dijelaskan mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukakan mahasiswa sebagai 'agent of change'
dalam pelestarian Kuliner Khas Semarang.
Pendahuluan
Semarang merupakan kota jasa dan perdagangan ,yang hanya dijadikan kota transit bagi para pendatang, sehingga mereka hanya dapat menikmati kota Semarang ini pada
waktu dan waktu tertentu. Dalam
hal pariwisata khususnya wisata alam atau budaya, Kota Semarang tidak memiliki potensi alam dan budaya yang begitu menonjol. Namun kini sebagai kota yang banyak didatangi
oleh orang luar walaupun untuk
tujuan bisnis serta menjadi tempat pertemuan berbagai bangsa, sebenarnya Semarang memiliki potensi yang besar
dalam pengembangan wisata
kuliner .
Dengan datangnya bangsa-bangsa sejak dahulu kala ini menambah kaya rasa kuliner Semarang. Sehingga disini kita bisa memanfaatkan daya tarik wisata kuliner untuk
menarik para wisatawan. Wisata kuliner bisa menjadi salah satu aset Promosi dan Inventarisasi data kepariwisataan Semarang.
Banyaknya jenis makanan,
minuman/ jamu dan jajanan yang diharapkan mendapat
perhatian lebih dari pemerintah . Apalagi dengan adanya
perkembangan bahwa saat ini wisata kuliner sedang menjadi tren. Secara tidak langsung mendorong dalam setiap kota mulai bergerak untuk menggali lebih dalam dan menginventarisasikan makanan khas mereka
sebagai salah satu kekayaan budaya yang harus pula
diperhatikan dan dilestarikan. Tentunya hal ini dapat
mempengaruhi wisata Kuliner
di Jawa Tengah itu sendiri.
Beberapa kuliner semarang
yang hingga saat ini yang kurang banyak dikenal diantaranya Nasi ayam, Mie Titee, Sop semarang, petis kangkung dan masih banyak lagi kekayaan kuliner semarang yang belum banyak di kenal masyarakat. Sedangkan
beberapa ikon makanan
khas Semarang yang terkenal diantaranya Lumpia, Wingko babad dan Bandeng
Presto.
Dengan kekayaan kuliner warisan leluhur yang patut di
lestarikan dan diwariskan ke generasi selanjutnya patutlah kita melestarikan berbagai kuliner di Semarang. Beberapa kuliner mulai tidak ditemukan
karena keberadaanya kurang
dikenal masyarakat saat ini. Jika satu per satu kekayaan ini mulai menghilang dan tidak ada upaya pelestarian yang baik maka kuliner Semarangan akan mati.Beberapa hal menyebabkan kuliner
Semarang semakin langka dan kini kurang di kenal masyarakat harus diteliti dan dikaji lebih mendalam agar bisa menentukan Arah lebih lanjut tentang upaya pelestarian kembali kuliner khas semarang. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian aset atau kekayaan lokal yang telah menjadi identitas kota Semarang.
Teori Dasar
Semarang yang dipetakan sebagai sebuah kota pertama kalinya
oleh Van Bemmelen
pada tahun 1695. Sebenarnya Semarang
telah mengalami kemajuan
pesat selama kerajaan
Demak memfungsikan pelabuhan
Semarang sebagai pelabuhan dagang dan memfokuskan wilayah ini sebagai pusat penyiaran agama Islam. Didukung
keberadaan pelabuhan dan perdagangan yang maju dan pesat, Semarang tumbuh menjadi kota Pelabuhan yang termashyur. (Muhamad: Semarang,1995 hal.8 )
Dalam penelitian lebih lanjut mengenai
permasalahan Menelusuri jejak Makanan khas Semarang dan Pengembangan untuk wisata Kuliner daerah, tim penulis menggunakan beberapa pendukung
literatur dalam melakukan penelitian di lapangan. Bahan pustaka pertama yang penulis gunakan adalah buku yang ditulis oleh Jongkie Tio berjudul Kota Semarang dalam kenangan yang membahas tentang kota Semarang dengan beberapa makanan khasnya, beberapa gang atau lokasi – lokasi di Kota Semarang sebagai pusat kuliner semarang.
Bahan pustaka kedua yang digunakan adalah buku yang ditulis Djawahir Muhamad berjudul Semarang Sepanjang Jalan Kenangan dalam buku ini berisi tentang beberapa akulturasi yang ada di Semarang dalam
berbagai hal mulai
dari bangunan sampai ke makanan
khas dan hal itu menjadikan kota ini kaya akan makanan khas. Sedangkan pustaka ketiga buku yang ditulis Amin Budiman berjudul Semarang Riwayatmoe doeloe didalamnya membahas tentang Kota Semarang di era Kolonial beberapa pusat kegiatan di Semarang dan masyarakat yang hidup di Semarang.
Tim penulis juga menggunakan bahan pustaka dari beberapa artikel
surat kabar, arsip dari beberapa
keturunan yang masih di rawat dan dilestarikan, sumber foto dan dokumen
lain yang mendukung untuk alat analisis.
3
Metode Penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman yang substantif dalam penelusuran jejak Makanan khas Semarang sebagai inventarisasi aset dan promosi wisata kuliner Jawa Tengah, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisa induktif, dimana proses penelitian dan penyajian makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan, dengan
ciri utama pendekatan ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif
dan mendalam serta naturalisti (apa adanya).
3.1 Kehadiran Peneliti
Untuk mendapatkan data-data yang valid dan obyektif
tehadap apa yang diteliti maka kehadiran peneliti
dilapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai pengamat langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang akan diteliti
sangat menentukan
hasil penelitian, maka dengan cara penelitian lapangan sebagai pengamat penuh secara langsung di lokasi penelitian peneliti dapat menemukan dan mengumpulkan data secara langsung. Jadi dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang sekaligus sebagai pengumpul data. Sedangkan instrumen-instrumen yang lain merupakan instrumen pendukung atau instrumen pelengkap oleh karena itu kehadiran peneliti dilapangan sangatlah diperlukan.
Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung, fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala fsikis yang terjadi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengamati
secara langsung apakah kejadian-kejadian tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang diperoleh
dari hasil wawancara.
3.2
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data yang diperoleh
(Arikunto, 1996: 114). Sumber data dalam penelitian ini adalah para pembuat, penjual serta narasumber sejarahwan ahli dalm kuliner Semarang. Pada peneletian kali ini Penentuan sumber data tersebut didasarkan pada asumsi bahwa subyek yang menjadi sumber data mengetahuip pelaksanaan proses penelitian ini. Jenis data yang ingin diperoleh
adalah mengenai bagaimana
sejarah dan latar belakang munculnya beberapa makanan yang diberi label “khas” Semarang dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi eksistensi makanan khas Semarang yang kian hari semakin sulit
dijumpai. Dan bagaimana upaya kami dalam melestarikan dan menjaga eksistensi Kuliner Semarang, serta data-data lain yang diperlukan untuk melengkapi penyusunan penelitian ini.
3.3
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sekaligus berfungsi sebagai
instrumen utama yang terjun kelapangan
serta berusaha sendiri mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara
serta dokementasi maupun studi pustaka. secara lebih rinci teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Metode Observasi (Pengamatan).
Pada
metode pegamatan ini, penulis terjun langsung untuk mengamati
secara langsung terhadap
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan Penelusuran jejak Makanan khas Semarang potensi wisata kuliner Jawa Tengah. Data yang diperlukan dalam metode observasi ini adalah, mengamati bagaimana eksistensi Kuliner Semarang saat ini dan bagaimana kondisinya dan menginventarisasi makanan khas tersebut.
2. Metode Wawancara
Dalam wawancara
secara mendalam ini dilakukan oleh peneliti terhadap informan yang menjadi objek dari penelitian ini yaitu sejarahwan, budayawan dan pemilik restoran atau warung yang menjual Kuliner khas Semarang.
Wawancara data
yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu tentang
sejarah dan latar belakang bagaimana terciptanya beberapa makanan yang diberi label “khas Semarang' dan bagaimana Upaya-upaya yang dapat melestarikan eksistensi makanan tersebut.
3. Metode Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif terdapat sumber data yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen, foto-foto dan bahan statistik. Hal ini dapat meguatkan data dan mencegah terjadinya kehilangan data. Metode dokumentasi ini merupakan salah satu kumpulan data yang paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan tidak berubah.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini arsip tentang
beberapa makanan yang menjadi sejarah
berkembangnya makanan atau warung yang menjual makanan tersebut. Foto-foto tentang makanan tersebut ataupun media promossi Kuliner Semarang dari masa ke masa.
4. Metode Studi Pustaka
Dalam penelitian ini digunakan beberapa buku yang menunjang
sebagai tambahan data dan referensi. Buku-buku yang dipakai diantaranya akan dilampirkan dalam daftar pustaka.
3.4 Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk
menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta- fakta empiris yang ditemukan lalu disesuaikan dengan teori-teori yang ada. Sedangkan mengenai
data yang telah
dikumpulkan, maka dalam hal ini digunakan dua langkah dalam menganalisis data tersebut antara lain yaitu:
1. Persiapan
Dimana dalam persiapan
kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:
·
Mengenai nama dan kelengkapan wawancara (sumber informasi) dan benda-benda yang merupakan sumber data yang telah dikumpulkan.
· Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrumen pengumpul data dan isian-isian data
yang dikumpulkan dari sumber informasi penelitian, termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal wawancara dan tanggal dilakukan observasi.
2. Penerapan
Dalam penyusunan penelitian ini, penerapan yang digunakan adalah penerapan yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yang lebih cenderung
menggunakan penilaian induktif
yang berangkat dari khusus ke umum, maksudnya adalah mengungkapkan proses sejarah Kuliner Semarang serta faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat Promosi
dan eksistensi Kuliner
Semarang.
4.
Hasil dan Pembahasan
4.1
Kuliner Semarang dan Nilai
Historisnya
Semarang merupakan salah satu kota yang menyimpan berbagai nilai sejarah dan budaya sebagai warisan nenek moyang terdahulu. Potensi dalam bidang kebudayaan dan pariwisata di kota ini tergolong sangat tinggi di Provinsi
Jawa Tengah. Ada berbagai macam kekayaan produk budaya yang dimiliki masyarakat Kota Semarang. Salah
satu kekayaan produk budaya tersebut
adalah dalam bidang
kuliner.
Kota Semarang memiliki keanekaragaman jenis kuliner
yang merupakan hasil dari aktivitas
kebudayaan masyarakatnya. Keanekaragaman jenis kuliner tersebut
mencerminkan bagaimanakah karakter
dan ciri masyarakat Semarang. Ciri khusus atau karakter yang tercermin dari masakan Semarang adalah makanan yang bercitarasa pedas, bumbu yang minimalis dan disajikan dalam keadaan
panas. Hal ini disebabkan karena Kota Semarang merupakan daerah pesisir
dimana keadaan iklim dan cuacanya yang panas.
Selain hal tersebut, kuliner khas Semarang diracik dengan bumbu yang sederhana dan minimalis karena masyarakat Semarang merupakan masyarakat sederhana tidak neko-neko . Kekhasan karakter masyarakat Semarang tersebut dapat dilihat pada salah satu masakan yang bernama Pindang Serani. Pindang Serani merupakan salah satu masakan khas Semarang yang dibuat dengan cara yang sangat sederhana dan mudah. Bahan-bahannya pun bukanlah bahan yang sulit untuk dicari dan ditemukan. Bahan-bahan tersebut hanyalah ikan pindang yang direbus dengan bumbu -bumbu dapur yang masakan minimalis berupa garam, bawang putih, bawang merah, cabai, tomat dan serai. Seluruh bumbu tersebut hanya direbus bersama dengan ikan pindang dan disajikan ketika hangat.
Sedangkan kuliner lain khas Semarang adalah kue ganjel ril. Kue ini berbentuk
persegi panjang dan berwarna
kecoklatan. Ganjel nyata merupakan
nama unik yang disematkan pada kue ini. Arti dari nama kue ganjel riil ini adalah penyangga riil kereta. Kue ini dapat diberi nama seperti
itu karena bentuknya
yang besar seperti
bentuk penyangga rel kereta api.
Kota Semarang
merupakan kota yang pertama kali
menjadi tempat pengoperasian sarana transportasi kereta api. Oleh karena itu, nama kereta api sangatlah melekat dengan masyarakat Kota Semarang hingga dibuatlah sebuah kue yang diberi nama kue ganjel nyata.
Kuliner di Semarang tidak hanya dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat setempat saja. Namun masakan Semarang juga ada yang dipengaruhi oleh bangsa lain sebagai hasil akulturasi kebudayaan yang terjadi. Akulturasi Kebudayaan di Semarang terjadi karena Kota Semarang merupakan kota pelabuhan yang pada zaman dahulu banyak bangsa luar yang singgah dan berlabuh di Kota Semarang. Oleh karena itu, banyak makanan
Semarang yang merupakan produk akulturasi dari bangsa lain seperti Cina, Arab dan Eropa. Sedangkan kuliner Semarang
yang merupakan akulturasi dari bangsa lain adalah loempia
(akulturasi dengan Cina), nasi kebuli (akulturasi dengan Arab) dan es krim (akulturasi dengan Eropa).
Berikut daftar inventarisasi yang berhasil dikumpulkan dari berbagai
sumber :
1.
Makanan
Nasi Ayam, Nasi Kebuli, Nasi Tomat, Mie Kopyok, Mie Titee, Lontong Cap Gomeh, Gudeg Koyor, Sop Semarang, Koyor, Tahu Gimbal,
Petis Kangkung, Nasi Goreng Babat, Glewo Koyor, Pindang Serani, Opor Semarang, Nasi Bandeng, Pacri Terong, Petis Bumbon, Cemplung, Sambal Goreng Semarang, Soto Semarang, Mangut, Janganan Semanggi, dll.
2.
Minuman
Wedang Tahu, Wedang Kacang, Es Gempol, Jamu Majun, Es Kombor, Es Lilin, Jamu Bopo Biyung,
Jamu Jago, Jamu Nyonya Meneer,
Bir Semarang, dll.
3.
Jajanan
Serabi Kucur, Serabi Inggris,
Ketan Srikaya, Ongol-ongol, Jongkong, Kocomoto, Gelek Mletek, Onde-onde Ceplis, Sentiling, Moaci Semarang, Ganjel Ril, Lumpia , Wingko Babad, Kuping Gajah, Putu Mayang, Tahu Pong, Bolang-baling , Pisang Plenet, Kacang GRIS, jubika Adas, Mentho,
Kue Kuping Tikus, Balnggem, Klenyem, Kue Pia, Kue Pia, Pistuban, Rondo Royal, Duda Kemul, Rasikan, Ketan Salak, dll.
4.
Toko dan Resto
Restoran Semarang, Nglaras Rasa, Toko Oen, Toko Roti Hoo, Toko roti Selina, Toko Roti Sanitas,
Restoran Mbah Jingkrak, Soto Bangkong, Rumah
Makan Jawaz,Warung Semawis dll.
5.
Makanan Olahan
Bandeng Pindang,
Bandeng presto, tahu Petis, Mangut
Panggang.
4.2
Faktor-Faktor Kelangkaan dan Kurang Tersohornya Kuliner Khas Semarang
Kuliner Semarang merupakan produk budaya yang harus dijaga kelestariannya karena merupakan warisan leluhur yang mengandung nilai sejarah yang tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa produk makanan khas Semarang yang sulit untuk ditemukan dan didapat di pasaran pun bermunculan . Hal ini terjadi dikarenakan adanya perubahan selera masyarakat yang lebih condong dengan makanan yang lebih modern atau fast food . Persoalan ini menyebabkan semakin terdesaknya dan terpuruknya makanan-makanan tradisional khas Semarang di kalangan masyarakat. Sebagian besar masyarakat asli Semarang bahkan tidak mengetahui beberapa jenis makanan khas kotanya sendiri .
Kelangkaan kuliner khas Semarang dapat dijumpai pada salah satu jenis makanan khas berupa kue ganjel riil. Kue ganjel nyata ini merupakan salah satu makanan khas Semarang
yang sekarang sangat sulit dicarinya dan telah menjadi
makanan yang tergolong
mahal karena kelangkaannya.
Kelangkaan makanan
khas Semarang yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah tanpa sebab, melainkan
kurangnya antusiasme masyarakat terhadap makanan tradisional dan berubahnya pola pikir
masayarkat yang menganggap makanan tradisional sudah kuno dan ketinggalan zaman khususnya pada sebagian anak-anak muda. Oleh karena itu, untuk menghindari kelangkaan bahkan kehilangan makanan khas yang memiliki nilai sejarah yang tinggi, kesadaran
dalam diri masyarakat harus ditingkatkan. Walaupun
permasalahan kuliner terlihat sepele , bukan hal yang sangat penting karena hanya berhubungan dengan perut namun dilain sisi, kita juga harus memikirkan warisan kekayaan budaya yang telah diturunkan oleh leluhur pendahulu kita.
4.3
Upaya-upaya pelestarian Kuliner Khas Semarang
Dengan kondisi kuliner Semarang saat ini, maka patutlah dilakukan tindakan preventif agar kuliner khas Semarang tetap bertahan
sampai nanti. Sebagai
seorang warga Searang tentunya kita harus ikut serta untuk melestarikan kuliner Khas Semarang ini. Beberapa cara yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut
:
1.Penelitian
Penelitian lebih mendalam
mengenai kuliner Semarang
dapat membantu pihak-pihak terkait seperti dinas pariwasata sebagai arsip dan data yang dapat menunjang
potensi wisata daerah Semarang yang juga dapat merambah untuk parawisata Jawa Tengah.
2. Publikasi
Publikasi dapat dilakukan
diberbagai media dan dalam berbagai
bentuk. Media yang dipakai dapat
berupa media massa ataupun media sosial dengan
bentuk yang bisa berupa tulisan atau artikel, leaflet, brosur maupun video promosi. Bisa juga dengan membuat karya ilmiah yang diposting dalam jurnal ilmiah skala nasional maupun internasional.
3. Festival atau Acara
Penyelenggaraan Event atau Festival yang melibatkan elemen Kuliner khas Semarang sebagai
Bintang Utama dapat menjadi ajang promosi serta
pelestarian Kuliner serta sejarah yang melatarbelakangi asal muasal kuliner tersebut .
4. Wirausaha
Kita juga bisa menjadikan Kuliner Semarang sebagai peluang
usaha dengan menjadi
Pengusaha atau Penjual dari Kuliner tersebut. Dengan sedikit Inovasi bukan tidak mungkin pamor usaha anda dalam bidang Kuliner Semarang akan mengalami kemajuan dan kesuksesan.
5.
Kesimpulan
Kuliner khas Semarang muncul seiring perkembangan kota Semarang sendiri.
Masyarakat Semarang yang termasuk dalam masyarakat pesisir mempunyai karakteristik yang begitu akulturatif dan akomodatif dengan kebudayaaan lain yang masuk ke dalam lingkungannya .
Adanya kebudayaan lain yang dibawa oleh beberapa
golongan dari luar pun mempengaruhi selera kuliner Semarang. Orang Eropa yang datang ke Semarang sampai saat ini jejak kulinernya bisa dijumpai di Toko Oen yang ada di jalan Pemuda.
Di toko tersebut dapat dijumpai
appetaizer, main course sampai dessert
khas Eropa dengan tatanan resto bernuansa tempo dulu pula.
Sedangkan pengaruh etnis Cina dapat dijumpai dari berbagai
makanan khas seperti
Lumpia, Mie Titee,
lontong Cap Gomeh dan lain sebagainya. Sedangkan dari kawasan
Arab pengaruhnya dapat dilihat dari Nasi Kebuli dan makanan-makanan yang menggunakan bahan baku daging Kambing.
Eksistensi makanan
termasuk Kuliner Semarang saat ini bisa diukur hampir sulit dijumpai
. Karakteristik
masyarakat Pesisir yang begitu adaptif,
akulturatif dan akomodatif ini memberikan sumbangsih terhadap eksistensi Kuliner
Semarang. Mulai sedari dulu yang dapat diterima
hingga kini datanglah
berbagai jenis lainnya
menggantikan jenis lain.
Sebagai Mahasiswa
tentunya peran aktif kita pun berpengaruh dalam kelangsungan eksistensi makanan khas Semarang. Mahasiswa inginnya dapat melakukan hal-hal inovatif
dan kreatif untuk mengangkat kembali
pamor makanan khas Semarang. Tentunya hal tersebut dapat dilakukan dengan penelitian semacam ini ataupun kegiatan lainnya
seperti Festival, Publikasi
dan Wirausaha.
Referensi
[1]
Budiman, Amien. Riwayatmoe Doeloe Semarang .
Semarang : Djambatan
[2] Isniah, Beta Aris dkk,. 2008. Inventarisasi Makanan Khas Semarang dan Pengembangannya untuk
Wisata Kuliner . Semarang : Fakultas Sastra Undip
[3] Kompas.2001. “Profil Daerah Kabupaten
dan Kota”.
Jakarta : Kompas
[4]
Muhammad, Djawahir. 1995.Semarang Sepanjang Jalan Kenangan . Semarang:Aktor Studio
[5]
Seputar Semarang edisi 68 tahun II. 5 Desember
2004
[6]
Tio, Jongkie. Kota Semarang dalam Kenangan .
semarang
[7]
Blog Pendidikan Indonesia. 2011.
“ http://www.sarjanaku.com/2011/09/
metodologi-penelitian.html ” diakses tanggal 2
September 2013
Rujukan sumber : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dipoipteks/article/view/5462
Komentar
Posting Komentar